Sejarah Kelahiran, dan
Perjuangan PGRI
Sejarah
Kelahiran PGRI pada zaman kemerdekaan
Sebelum pecah perang dunia kedua ketika Indonesia berada dalam kekuasaaan
Pemerintah Kolonial Belanda berbagai macam organisasi guru berdiri. Kehidupan
organisasi guru tersebut diwarnai dengan berbagai macam pengaruh dari luar,
baik yang bersifat kebijaksanaan pemerintahan kolonial maupun kondisi
masyarakat waktu itu Oraganisasi guru yang lahir waktu itu diwarnai, antara
lain oleh hal-hal berikut :
1.
Kesadaran korps dengan segala
aspek-aspeknya.
2.
Kebangkitan Nasional yang menggandrungi kemerdekaan
bangsa yang disadari keharusan adanya persatuan bangsa akan tetapi belum dapat
menemukan bentuk wadahnya yang cocok.
3. Politik devide et
impera oleh pemerintah kolonial.
Kesadaran nasional, kesadaran kan persatuan
dan kesadarankorps profesi guru sudah lahir pada guru sebelum perang. Anggota
Budi Oetomo waktu itu kebanyakan dan lahir dari lingkungan guru-guru. Logis
memang hal ini tidak lepas karena di negara terbelakang dan atau jajahan
manapun di masa lalu warga masyarakat umum yang dianggap terdidik adalah
orang-orang terdidik atau bersekolah sesuai dengan keperluan untuk dijadikan
aparat pemerintahan kolonial dan yang keduanya adalah guru-guru. Rakyat umum
cukup hanya bias baca tulis saja.
Pada tahun 1912 berdirilah
suatu organisaasi guru yang besifat uni, yaitu PGHB (Persatuan Guru
Hindia Belanda) yang keanggotaannya meliputi guru-guru tanpa memandang ijazah,
status, tempat kerja, keyakinan agama, dan lain-lain. Salah satu kegiatan PGHB
yang menonjol di bidang sosial adalah didirikannya perseroan asuransi “Bumi
Putra” langsung di bawah pimpinan PGHB. Ketua Pengurus Besar PGHB pertama dan
pendiri perseroan asuransi “Bumi Putra” tersebut adalah Sdr. Karta Hadi
Soebroto. Perseroan tersebut akhirnya berdiri sendiri lepas dari kaitan gerakan
kaum guru.
Sungguh menyedihkan bahwa
dari kelahiran persatuan yang bulat itu akhirnya harus mengalami masa
perpecahan dalam bentuk organisasi-organisasi yang berdasarkan ijazah, lapangan
kerja, dan lain-lain.
Mulai tahun 1919-an lahir berbagai organisasi guru, yaitu :
1. PGB (Persatuan Guru
Bantu)
2. PNB (Perserikatan Normal
School)
3. KSB (Kweek School
Band)
4. SOB (School
Opziener Bond)
5. PGD (Persatuan Guru
Desa)
6. VOB (Vaks
Onderwijzer Bond)
7. PGAS (Persatuan Guru Ambacht
School)
8. HKSB (Hoogere Kweek
School Bond)
9. NIOG (Netherlands
Indische Onderwijzer Genootschap)
10. OVO (Onderwijzer
Vaks Organisative/lulusan HIK)
11. COV (Christelijke
Onderwijzer Vereeniging)
12. KOB (Katholieke
Onderwijzer Bond)
13. COB (Chinese
Onderwijzer Bond)
14. Vereeniging van
leeraen voor het Middelbaaronderwijs, dan sebagainya.
Usaha-usaha untuk mengatasi keadaan
organisasi yang sudah berkelompok-kelompok ini dalam bentuk federasi, termasuk
mengaktifakn terus PGHB yang pada tahun 1932 diganti PGI (Persatuan Guru
Indonesia) ternyata tidk berhasil menolong keadaan secara efektif.
Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia,
praktis tidak ada satupun organisasi masyarakat yang tampil kecuali organissasi
bentukan Jepang. Di Jakarta, antara lain ada satu bentuk perserikatan guru
dengannama “Guru” dipimpib oleh Sdr. Amin Singgih didampingi oleh beberapa
orang Kepala Sekolah yaitu Saudara-saudara Adam Bachtiar, Soebroto, Ny.
Woworuntu, Dan lain-lain tapi tidak terbentuk organisasi yang jelas.
Guru-guru dan tokoh-tokoh aktivis
organisasi di lingkungan kegururan lebih banyak mengambil kesempatan bergerak
sebagai pemimpin organisasi PETA, Keibodan, Seinendan, Fujinkai, (bagi
guru wanita) dan sebagainya yang kesemuanya itu akhirnya berhikmah menjadi
sarana mempercepat proses pertumbuhan kesadaran nasional, pembentukan rasa
kesatuan bangsa dan rasa lebuh gandrung akan Kemerdekaan Tanah Air dan Bangsa
secepat-cepatnya.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945, oleh Bung Karno dan Bung Hatrta atas nama Bangsa
Indonesia merombak perikehidupan masyarakat bangsa dalam berbagai bidang
kehidupan. Selanjtnya, hidup sebagai bangsa yang dijajah menjadi negara yang
merdeka, berdiri sendiri, bertanggung jawab mengurus rumah tangganya sendiri di
antara kehidupan bangsa-bangsa dunia.
Tantangan yang pertama dikhadapi adalah
merebut kekuasaan pemerintah dari tangan tentara pendudukan Jepang dan
mempertahankan/menegakkan kemerdekaan dari serangan tentara kolonial Belanda
dengan perlindungan tentara Sekutu yang berusaha ingin kemballi berkuasa di
bumi nusantara. Disamping itu, kita juga harus menyususn dan menata kehidupan
berpemerintahan dan bernegara sebagaimana layaknya suatu bangsa yang merdeka.
Dalam suasana yang masih banyak diwarnai oleh trauma menjadi bangsa yang
terjajah, gelora revolusi merebut dan memepertahankan kemerdekaan berkobar
dimana-mana dalam setiap dada rakyat Indonesia.
Negara Republik Indonesia sudah merdeka
yang diproklamsikan oleh Nung Karno dan Bung Hatta mewakili bangsa Indonesia
merombak perikehidupan bangsa Indonesia . Bangsa kita hidup dari penjajahan
kolonial Belanda, sekarang menjadi bangsa yang merdeka, berdiri sendiri
bertanggung jawab dan berumah tangga sendiri.
Setelah pengumuman kemerdekaan RI masih ada
tantangan dari penjajah Jepang dan kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah
Indonesia. Melalui pertempuran di Surabaya dengan sekutu, NICA_Belanda ingin
membonceng tentara sekutu Inggris. Perang kemerdekaan RI, kegiatan yang bersifat
nasional, regional, ataupun lokal, tetapi tujuannya tetap satu demi tegaknya
kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Di saat memuncak Gelora Revolusi, maka pada
tanggal 23 November sampai dengan 25 November 1945 dibukalah Kongres PGRI
pertama di Surakarta. Tempat pembukaannya adalah di Gedung Sana Harsana (Pasar
Pon) dan tempat kongresnya di Gedung Van Deventer School, sekarang ditempati
SMP Negeri 3 Surakarta. Pada waktu kongres mendapat sambutan miltraliyur
Belanda dari kapal udara yang mengadakan operasi militernya dengan sasaran
gedung RRI Surakarta. Organisasi PGRI yang baru lahir itu bersifat : 1)
unitaristis, 2) independen, 3)non partai politik serta keanggotaannya tanpa
pandang perbedaan ijasah, status, tempat kerja, jenis kelamin, dan keyakinan agama
dan lain sebagainya.
Kehadiran PGRI sebagi wadah dan sarana PGRI
yang sedang berevolusi Kemerdekaan, merupakan manifestasi akan keinsyafan dan
rasa tangggung jawab kaum guru Indonesia dalam memenuhi kewajiban akan
pengabdiannya serta partisispasinya kepada perjuangan menegakkan untuk mengisi
kemerdekaan Republik Indonesia.
Guru-guru sadar kan tugasnya, bahwa
pendidikan adalah sarana utama dalam pembangunan bangsa dan negara, mereka
melaksanakan dwifunsi dalam baktinya yaitu : di garis belakang mendidik dan
mengajar di sekolah-sekolah biasa, sekolah peralihan, sekolah pengungsian.
Disampingnya kerja sama dengan para bapak/ibu mendirikan dapur umum dan
mempersiapkan makanan tahan lama untuk para pejuang di garis depan. Kecuali itu
mereka menjadi pemimpin /komandan barisan tentara : BKR, TKR, TRI/TNI, BARA,
API, BBRI, Hizbullah, Sabilillah, Laskar Rakyat, LASWI, KRIS, PMIU dan para
pejuang lainnya.
Jika kita meneliti dalam mukadimah AD/ART
PGRI dan meneliti kehidupannya organisasi, sejak kelahirannya sampai sekarang
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
PGRI lahir karena hikamah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17Agustus 1945, merupakan manifestasi aspirasi kaum guru
Indonesia, untuk mengambil bagian dan bertanggung jawab sesuai dengan bidang
profesinya sebagai pendidik bangsa demi tercapainya cita-cita kemerdekan.
b. PGRI mempunyai
commited kepada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
c.
PGRI berbatang tubuh suatu organisasi berlandaskan
proklamasi. Suatu organisasi pemersatu kaum guru bersifat : 1) unitaristis, 2)
independen, 3) non partai politik. Juga merupakan sarana, wahana, usaha
kepentingan kaum guru, bagi pengembangan profesinya, pendidikan pada umumnya
serta pengembanagan kepada tanah air dan bangsa.
d.
PGRI adalah suatu organisasi profesi guru yang lahir
dan mewariskan jiwa, semanagat, dan nilai-nilai 1945 secara teru-menerus kepada
setiap generasi bangsa Indonesia.
Susunan
pengurus Besar PGRI hasil Kongres I 25 November 1945
PGRI merupoakan usul persembahan dari
rekan-rekan yang tergabung dalam organisasi Persatuan Guru Seluruh Priangan
(PGSP), delegasinya Sdr. A. Zahri (almarhum sekjen PB-PGRI). Susunan PB PGRI
hasil Kongres I ialah
1. Ketua I : Amin Singgih
2. Ketua II : Rh. KOesnan
3. Ketua III : Soemitro
4. Penulis I : Djajeng
Soegianto
5. Penulis II : Ali Marsaban
6. Bendahara I : Soemidi
Adisasmito
7. Bendahara II : Marto
Soedigdo
8. Anggota : Siti
Wahyunah
9. Anggota : Siswo
Widjojo
10. Anggota : Parmoedjo
11. Anggota :
Siswowardjojo
Beberapa bulan kemudian terjadilah
pengunduran diri ketua I, karena ia diangkat menjadi Bupati Pamongpraja
Mangkunegaraan Surakarta sehingga terpaksa diadakan susunan Pengurus Besar
PGRI, formasinya :
1. Ketua I : : Rh.
Koesnan
2. Penulis I :
Sastrosoemarto
3. Penulis II : Kadjat
Martosoebroto
4. Bendahara I : Soemidi
Adisasmito
5. Bendahara II : Marto
Soedigdo
6. Anggota : Djajeng
Soegianto
7. Anggota : Siswo
Widjojo
8. Anggota : BAroja
9. Anggota :
Siswowardjojo
10. Anggota : Ny.
Noerhalmi
11. Anggota : Soespandi
Atmowirogo
(PGRI Dari Masa Ke Masa 1989 : 42-44)
2.2 Perjuangan Organisasi PGRI
2.2.1.
Partsipasi PGRI dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
2.2.2
Peranserta PGRI dalam Mewujudkan Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar